Sabtu, 24 Agustus 2013

Catatan Seorang Istri: Dapur, Sumur, Kasur?


Agak ngantuk bangun tidur di pagi ini. Badan pegal dan rasanya males buat bangkit dari tempat tidur. Tapi mau nggak mau gue tetap harus bangun demi mengerjakan hal-hal rutin yang gue lakukan setiap pagi. Menyiapkan sarapan suami.

Ya, itu baru sedikit pengalaman gue yang sekarang udah menyandang status baru sebagai seorang istri sejak 23 Juni 2013. Walau masih seumur jagung usia pernikahan gue, tapi udah banyak hal yang berubah. Dulu sebelum merit, gue bukan tipe morning person yang rajin bangun pagi. Kalau toh bangun, gue nggak perlu ribet menyiapkan sarapan karena semua udah tersedia. Gue tinggal mandi dan siap-siap berangkat kantor, dan sarapan kalau memang gue mood. Sama halnya di sore hari sepulang kantor, gue bisa punya banyak waktu istirahat dan untuk diri gue sendiri. Makan malam udah siap di meja dan bisa gue lahap kapan aja kalau gue laper. Gue cuma bantu mengerjakan pekerjaan rumah ringan, kayak menyapu, mencuci piring, dan kadang mencuci baju seragam gue sendiri. Selebihnya, semua udah ada yang mengerjakan.

Sekarang? Nah, itulah yang gue bilang tadi walau menikah belum lama, tapi udah banyak perubahan yang gue rasakan. Sekarang, gue harus selalu bangun pagi, (terburu-buru) masak untuk sarapan suami, menyeduh kopi atau teh untuk minuman pagi hari suami, mencuci piring-pring kotor semalam, dan menyapu lantai dalam rumah dan teras. Biasanya saat itu suami udah bangun atau baru mau mandi. Kadang kita sarapan bersama di meja makan, kadang juga nggak. Semua karena tugas dan waktu yang selalu meneror di pagi hari.

Sorenya sepulang kantor, gue harus cek apa sarapan pagi tadi masih cukup untuk makan malam atau nggak. Nasi di magic jar masih ada atau nggak. Lantai teras kotor atau nggak. Ada cucian piring yang numpuk atau nggak. Semua harus udah selesai sebelum suami pulang kantor, yang biasanya menjelang atau selepas magrib. Saat suami udah di rumah, gue harus tetap pastikan dia mau makan malam yang sama dengan sarapan atau nggak. Dia perlu dipijat atau nggak. Dia butuh kopi, teh, atau lainnya. Dan semua belum berakhir. Biasanya malam hari sebelum tidur, gue harus menyiapkan bahan-bahan apa yang bakal gue masak untuk sarapan. Misalnya aja sayuran apa yang diperlukan, bawang yang harus dirajang, atau cabe yang harus dipotong. Semua gue simpan di kulkas dan siap dimasak besok pagi. Ini gue lakukan biar besok gue bisa menghemat waktu masak, walau kenyataannya kadang masih suka terburu-buru. Setelah memastikan semua beres, gue akan menuju kasur, melihat suami yang biasanya masih menonton TV di kamar, dan kadang gue bakal ketiduran duluan padahal acara TV masih lanjut.

Cerita itu bakal berlanjut lagi keesokan paginya dan paginya lagi. Dan mungkin bakal bertambah rumit kalau nanti gue udah punya anak.

Hei, ternyata menjadi seorang istri nggak semudah yang kita pikirin! Memang nggak mudah. Tapi bukan berarti nggak mungkin buat dilakukan. Dan gue bersyukur, gue menikmati semua proses ini. Proses menjadi seorang istri yang baik. Gue masih belajar dan akan terus belajar untuk itu.

Dari apa yang gue alami, pagi ini gue tiba-tiba kepikiran guyonan yang udah lama gue tau. Katanya tugas istri itu cuma terdiri dari tiga hal: dapur, sumur, dan kasur. Is it true?

Gue seorang Sarjana Ilmu Komunikasi dan Lulusan Terbaik I se-Universitas Lampung untuk Program S1 di Periode Wisuda Juni 2010. Saat ini gue bekerja di salah satu perusahaan importir dari Malaysia yang bergerak di bidang penjualan alat-alat berat dan fitting. Gue adalah perempuan yang memiliki gelar pendidikan dan sebuah pekerjaan tetap. Gue bersyukur atas pencapaian itu. Gue masih punya mimpi suatu saat gue bakal lebih sukses dari apa yang gue dapetin sekarang. Gue pengen mengisi banyak pundi-pundi tabungan gue. Gue pengen punya usaha sendiri. Gue pengen jadi bos di perusahaan gue sendiri. Gue pengen punya kerajaan yang walaupun kecil tapi guelah rajanya, dan bukannya cuma jadi prajurit di kerajaan yang besar. Klise. Tapi semua orang yang nggak munafik pasti pengen semua itu.

Ya, itulah gue dan mimpi gue sebagai seorang perempuan yang sukses. Tapi gue bakal terdiam tiap kali dihadapkan pada suami gue di rumah. Gue adalah seorang istri sekarang, dan gue harus sadar fakta itu. Sehebat apapun kita, sebesar apapun mimpi kita, selalu ada kekhawatiran yang dirasakan seorang istri: sudahkah dia memuaskan dalam melayani suaminya? Ya, di luar sana kita boleh hebat, mimpi kita boleh tinggi. Tapi istri tetaplah seorang istri, yang memiliki sederet tugas dan kewajiban di rumah: dapur, sumur, dan kasur. So, is it true?

Gue sebagai seorang perempuan dan (sekarang) sebagai istri, merasa sensitif mendengar istilah "3 -ur" itu. Serendah itukah martabat seorang perempuan di mata laki-laki? Gender, sampai kapan pun nggak bakal habis dibahas masalah yang satu ini. Sedikit mengulas, sebagai syarat kelulusan sarjana gue dulu, gue menyusun skripsi yang judulnya "Analisis Isi Film "Perempuan Punya Cerita" dalam Perspektif Gender". See? Se-sensitif itulah gue sebenarnya kalau udah bicara soal gender. Gara-gara gender juga, gue bahkan 'disidang' lebih dulu sama dosen pembimbing gue bahkan jauh sebelum sidang akhir gue. Gue harus bisa mempertahankan judul ini kalau gue mau lulus. Banyak pertanyaan 'membunuh' yang diajukan ke gue. Menurut beliau gender hanya istilah. Kodrat adalah kodrat. Laki-laki memiliki porsinya sendiri dalam kehidupan, dan perempuan semestinya ikhlas menerima porsinya. Gender hanyalah sebuah protes dari yang katanya penyetaraan status. Gender adalah sebuah kata yang masih belum bisa diterima oleh beliau. And you know what? Dosen gue itu adalah seorang laki-laki. Inilah yang akhirnya mendorong gue mati-matian bukan hanya demi kelulusan, tapi juga demi pembuktian kalau gender bagi seorang perempuan memang patut diperjuangkan. And yes, alhamdulillah perjuangan berbuah manis. Gue pun diluluskan dengan nilai A.

Peran ganda seorang perempuan. Itu adalah salah satu yang gue bahas dalam skripsi gue. Seorang perempuan yang bekerja di luar tetap harus melakukan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu di rumah. Dan ya, lagi-lagi tugasnya cuma tiga: dapur, sumur, dan kasur. Perempuan hanya ingin mengeksplorasi kemampuan dirinya dan itu bukan berarti meninggalkan kodratnya. Ya, perempuan telah menerima porsinya dengan ikhlas. Termasuk gue.

Alangkah beruntungnya para istri yang memiliki suami yang mau dan mampu berbagi tugas rumah tangga. Nyokap gue adalah salah satu istri yang beruntung itu. Bokap mematahkan anggapan kalau laki-laki haram hukumnya masuk ke dapur karena itu bisa menurunkan gengsi dan harga dirinya. Bokap dengan luwesnya mau dan mampu mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga. Dan nyokap nggak menyuruh untuk itu. Semua atas kemauan bokap sendiri. Jangan salah, laki-laki yang rela tulus dan ikhlas meringankan pekerjaan istri di rumah adalah tipe suami idaman. Seenggaknya ini menurut gue. Bokap juga tetap mengizinkan nyokap gue untuk bekerja di luar, meskipun mungkin gajinya dulu (sekarang bokap udah pensiun) sebagai seorang karyawan BUMN bisa dibilang cukup untuk keperluan hidup istri dan anak-anaknya. Apa yang dilakukan bokap adalah contoh nyata buat anak-anaknya bahwa laki-laki dan perempuan itu sesungguhnya sama. Bisa melakukan pekerjaan yang sama, memberi serta menerima porsi yang sama, dan nggak ada istilah gengsi untuk itu.

Jadi, sekali lagi, dapur, sumur, dan kasur... benarkah hanya tugas seorang perempuan, seorang istri, seorang ibu? Atau mungkin seorang laki-laki, seorang suami, seorang ayah juga memiliki tugas yang sama? Tapi seenggaknya bagi gue sekarang, menjalani hidup dan tugas sebagai seorang istri adalah sesuatu yang menyenangkan sekaligus memberikan ladang pahala yang luas. Gue bisa makin disayang dan insyaallah memuliakan diri gue sendiri di mata suami, keluarga, dan agama. Hanya saja menurut gue, dapur, sumur, dan kasur adalah hal yang juga menyenangkan untuk semestinya dilakukan bersama oleh para istri dan suami mereka. Pernikahan bukan hanya tentang kekuasaan suami di ranah domestik dan istri sebagai 'sapi perah'. Hei, para suami, jadikanlah istri sebagai partner dalam pernikahan, saling menyayangi dan melindungi sehidup-semati! :D

Dan untuk suami gue, dia belajar sedikit demi sedikit dari bokap gue. Thanks God. Semoga dia bisa lebih rajin lagi bantu istrinya ini di rumah, ya? Still love you, Pi! :-*

Jumat, 16 Agustus 2013

Kuku-kuku Centil: Nail Art

Namanya cewek, termasuk gue, nggak ada abisnya kalau bahas soal make up, salon, fashion, dan konco-konconya yang laen. Kadang gue juga suka heboh sendiri kalau liat yang lucu-lucu yang bisa bikin gonjreng penampilan. Hehe. Salah satunya, nail art.

Nail art itu setau gue sih semacam seni menghias kuku, entah tangan atau kaki. Nail art sendiri macem-macem design dan jenisnya. Tapi yang menurut gue mantep sih ya 3D nail art, yang maksudnya tuh design nail art dibuat timbul dengan teknik lukis atau tempel pake bahan tertentu. Jadi nggak cuma sekedar kuku dicoret-coret pake kuteks atau ditempelin pake stiker doang.

Gue udah tau lama soal nail art. Tapi untuk nyobainnya langsung... eummm... masih mikir sih ya. Secara nail art, khususnya 3D nail art, selain harganya yang bisa bikin dompet nangis, ribet aja liat kuku-kuku dipenuhin macem-macem hiasan. Bakalan rempong kalau mau ngapa-ngapain. Coba deh bayangin aja gimana ngupilnya kalau jari kita ditempelin kuku-kuku panjang plus kristal-kristal? Wkwk!

Tapi itu dulu. Sebelum akhirnya hasrat centil dan pengen ngeksis gue bikin gue penasaran setengah busyet buat nyobain nail art. Sayangnya, di kota gue, masih jarang banget yang bisa nail art, kecuali salah satu salon yang gue secara nggak sengaja ketemu dan menu utama di salon itu ya nail art! Pucuk di cinta, nail art-pun tiba! Haha!

Sesi untuk foto prewed gue manfaatin buat nyoba nail art pertama kali seumur hidup gue. Sempet bingung pengen nail art yang bijimane, warna apa, dsb, sampe akhirnya gue dapetin design yang gue pengen hasil dari browsing gugel.

Setelah janjian terlebih dulu sama cici si ownernya salon tempat gue nail art dan mengutarakan niat gue nail art buat foto prewed, cici pun kasih gue referensi nail art yang cucok. Dan gue langsung takjub, apa cici punya kemampuan telepati, ya? Kok bisa tau gitu nail art yang gue pengen modelnya persis begitu? Haha! Ya udinlah ya... mungkin cici emang paranormal yang merangkap jadi owner salon, gue pun langsung angguk-angguk binal meng-iya-kan pilihan model nail art si cici! :D

Dan, inilah dia, 3D nail art hasil karya si cici untuk sesi foto prewed gue di bulan Februari 2013:

Foto prewed kuku centil gue oleh Infra Photoworks

Kuku tangan kanan

Kuku tangan kiri

Foto prewed pun selesai. Tapi ternyata hasrat centil gue sama nail art belum kelar. Udah ngeksis di foto-foto prewed dengan kuku centil gue, merit pun gue nggak mau kalah bercentil ria dengan nail art, dong, ya! Lagian belum banyak gue liat mantenan yang pake nail art, biasanya pake pacar atau kuteks aja. 

Khusus buat merit, gue pengen designnya lebih simpel, bernuansa merah (sesuai sama tema resepsi), dan kuku-kukunya nggak mau sejambrong nail art pertama. So, gue pun langsung booking cici buat nail art-in untuk merit gue juga. Si cici mah otomatis dengan riang gembira nail art-in gue! :D

And here we go... si merah yang simple nan cantik! May I introduce to you... the 3D nail art for my wedding 22-23 June 2013! Bling Up! ^_^

Nail art (dan henna) gue yang dijepret Infra Photoworks di hari Seserahan

 


Berdasarkan pengalaman gue, nail art yang 3D kayak gue bisa tahan sampe kurang lebih sebulan. Mungkin bagi yang muslim rada ajaib ya kalau kita kudu solat tapi jari-jari kita penuh dengan kecentilan nail art. So, saran gue mending setelah acara langsung aja deh itu nail art dicopotin, nggak perlu nunggu nail art-nya copot sendiri. Ada kok aseton khusus untuk lepasin nail art. Kalau kamu susah cari asetonnya, kamu bisa rendam jari kamu di aer anget sambil digoyang-goyang nail art-nya. Lama-lama lem-nya si nail art bakalan goyah dan akhirnya lepas. Tapi kadang proses ini butuh waktu lama bisa berjam-jam dan efeknya kalau kamu terlalu semangat goyanginnya bikin sakit bahkan melepas kuku asli kamu. Hii.. ngeri, ya? Gue sih punya cara sendiri lepasin 3D nail art yang bandel. Cuma butuh waktu sebentar banget dan 3D nail art bisa langsung lepas. Mau tau caranya? Eum... kalau yang ini kasih tau nggak, ya? :p *digeplak yang baca*

Satu lagi. Saran aja nih, kalau nail art begini khusus cuma bisa diterapkan sama para calon mempelai wanita, ya! Kalau cowok? Aduh, pake nanya! *sebor aer*

Oceh! Sekian dulu dah ngocehnya. Ada yang mau nyontek nail art begindangan juga untuk merit? Monggo-monggo aja. Dicontekin semua soal preparation merit gue juga nggak apa-apa, kok. Nggak perlu pake laporan juga, nggak ada royalti ini. Wkwk. Kan kita saling berbagi. Hehe.

Makasih yang udah mampir dan baca! Nyuuu...!! :-*

Sekarang... NYONYA RIZARD yang SAH! ^_^

Huwaaaa... udah banyak banget sarang laba-labanya ini blog!!! Lamaaaaaa banget gue hibernasinya!!!! Udah lewatin bulan puasa, lebaran, dan yang pasti udah lewat hari bahagia gue menjadi ratu sehari. Hehehe.

Niat nulis entri kali ini buat ngebahas soal status eikeh yang sekarang udah berubah dari "Nona" menjadi "Nyonya". Tepatnya sih, Nyonya Rizard, istri SAH dari Tuan Rizard! Asssiikk!!! \(^o^)/

Alhamdulillah, pernikahan kami berjalan lancar di hari Minggu, 23 Juni 2013. Sehari sebelumnya, hari Sabtu tanggal 22 Juni 2013, diadain acara seserahan terlebih dahulu. Acara seserahan berupa penyerahan 13 kotak seserahan dari Pipi ke gue dan pemberian 5 kotak angsulan dari gue ke Pipi, yang isinya adalah macem-macem keperluan kami dan syarat nikah dalam adat Yogya. Acara ini juga sekaligus 'menyerahkan' si calon mempelai pria alias Pipi untuk 'dititipkan' semalaman pada keluarga gue si calon mempelai wanita. Istilah Jawa-nya sih kalau nggak salah "ngenger." Jadi setelah selesai acara Pipi nggak pulang lagi bareng rombongan, tapi langsung nginep di salah satu rumah tetangga. Tujuannya biar Pipi si calon mempelai pria bisa hadir tepat waktu dan nggak ada halangan apapun menjelang ijab qabul esok harinya. Katanya sih tradisi ngenger ini udah ada dari dulu di kalangan masyarakat Yogyakarta. Dan tradisi ini sengaja dilakukan sama ortu karena emang dari awal pernikahan gue bernuansa Yogya, sesuai trah leluhur gue yang emang dari Yogya tulen. :)

Baidewei, bertepatan di hari seserahan tanggal 22 Juni 2013 itu, bokap ultah. So, jadilah hari itu hari yang spesial banget. Bokap dan keluarga besar gue merayakan hari pertambahan umur bokap dengan sebuah pesta pernikahan dan menyambut calon mantu pertama di keluarga. ^_^

Ini gue kasih pose kami yang berhasil diabadikan oleh sang fotografer Infra Photoworks di hari seserahan. Hei, ada cerita di balik kebaya orange yang gue pake itu. Tapi nggak sekarang gue dongengnya. Ntar aja ya di posting laennya aja. Gue keep dulu sekarang. :p


Daaan... di hari Minggu, 23 Juni 2013, akhirnya, berlangsunglah acara puncak yang ditungguin, yaitu Ijab Qobul dan Resepsi Pernikahan. Alhamdulillah, semua berjalan lancar... dan, yes, finally, gue adalah NYONYA RIZARD yang SAH sekarang!!! :D

Ini kami sesaat setelah ijab qobul di kamar pengantin. Rock 'n roll pose bareng mahar scrapbook yang gue bikin sendiri :3 #bangga

Ini pose narsis kami waktu Resepsi

Yang ini pose nakal di ranjang, ulah iseng si fotografer :p

So, itu dulu deh untuk postingan kali ini. Besok-besok dilanjut lagi yak! Ja ne!!!
 

Blog Template by BloggerCandy.com

Full Edited by lovelyshironeko.blogspot.com