Kamis, 19 Desember 2013

Save the Day, Save the Budget!

"...dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-'A`raf [7] : 31)
Nggak sedikit temen gue para capeng yang nanya tentang segala tetek-bengek perkewongan, saat sebelum atau setelah gue merit. Dengan gaya bak seorang guru besar dalam hal perkewongan, gue menjawab semua pertanyaan mereka dengan berbagai jawaban super yang canggih nan diplomatis. Mereka pun bertepuk tangan riuh merasa terpuaskan atas jawaban gue. Oh okay, itu cuma imajinasi gue aja. The truth is gue menjawab pertanyaan mereka lebih kayak curhat ketimbang sharing. Ha-ha. Iya, kalau yang ini gue serius. Intinya adalah gue cuma bisa kasih jawaban sesuai sama pengalaman yang udah gue lewati. That's it.

Kebanyakan temen gue itu menanyakan berapa budget yang mesti dipasrahkan keluar untuk sebuah pesta kewongan. Maklum, hari gini dana emang jadi momok yang bisa bikin kewongan pending atau bahkan cancel. Kalau kasusnya gini kasian juga, ya? Apalagi kalau gejongnya minim, biaya hidup bengkak, dan nabung cuma bisa recehan ala kadarnya. Kalau kayak gitu, sampe Monas pindah ke bulan juga elo nggak bakal kawin-kawin, dong! :D


Sebenernya kalau niat elo pengen sah aja secara hukum agama dan negara, cuma modal Rp500.000,- juga udah bisa, kok! Eum... teorinya sih malah jauuuh di bawah itu. Nih, buat temen-temen gue tercintah dan para capeng yang belum tahu, berdasarkan PP no.51 tahun 2000 dan PP no.47 tahun 2004, biaya pencatatan perkawinan di KUA sebenernya cuma Rp30.000,- aja! Seriusan, dengan 30.000 perak doang elo udah bisa kimpoi! Itu biayanya bahkan lebih murah dari harga paket hematnya McD, cing! Tuh, kudunya biaya kewongan mah nggak perlu jadi momok lha ya, bray!

Iya. Emang gitu. Harusnya sih. But c'mon, get real! Masalahnya sekarang adalah gimana kalau perkimpoian nan sakral elo itu kudu disangkutpautin sama pengakuan secara sosial dan budaya. Let's say, resepsi misalnya. Bagi yang mampu atau memaksakan mampu, biasanya kepentok sama yang namanya gengsi. Gengsi kalau pestanya cuma sederhana, gengsi kalau nggak di gedung mewah, gengsi kalau nggak pake vendor terkenal bin mahal, dan segala gengsi lainnya. Oh, dan jangan lupakan orang tua. Kebanyakan kasus, justru mereka yang biasanya berandil besar punya hasrat gengsi dalam pesta pernikahan anaknya. Nah, ini letak momok menakutkan itu sebenernya.

Pengalaman kewong kemarin, alhamdulillah segala per-gengsi-an itu nggak ada dalam kamus gue. Gue sejak awal mutusin untuk mengadakan resepsi sederhana di rumah. Alhamdulillah ortu asyik-asyik aja. Bermewah-mewah di gedung sebenernya bisa aja. Tapi buat apa? Apa itu menjamin gue nggak bakal mewek setelahnya karena duit bertus-tus jut-jut ludes dalam sekejab hanya demi perayaan beberapa jam? Terlebih seandainya duit tus-tus jut-jut itu ternyata hasil ngutang sana-sini? Aih, itu lebih menakutkan bagi gue daripada sekedar mengejar gengsi, ya nek!

Gue ada cerita sedikit yang bisa kita renungin sama-sama. Di salah satu forum situs yang membahas tentang berapa biaya yang dikeluarkan untuk merit, beberapa orang mengaku menipiskan dompet mereka mulai ratusan juta bahkan hingga 1 M cuma buat resepsi! Wow pake banget! Angka yang super fantastis buat gue yang rakyat jelata ini. Kalau beli es cendol bisa untuk persediaan berapa tahun tuh? Entah mereka adalah para pengejar gengsi atau cuma orang-orang yang kebingungan buang duit ke mana saking banyaknya. Tapi anehnya, setelah pengakuan dosa itu, mereka terkesan menyesali tiap rupiah yang mereka kucurkan itu. Kayaknya mereka sadar kalau pada akhirnya begitulah sosial-budaya menjalankan perannya. Apa para tamu yang dijamu dengan segala kemewahan resepsi bakal peduli kalau duit yang punya hajat ludes demi jamuan tersebut? Nggak. Nenek-nenek salto juga tahu. Ujungnya tinggal gigit jari sama gengsi. :p


Nah, ini gue cuma sekedar berbagi ya, bukan bermaksud doktrin apalagi menggurui, gue punya tips tersendiri untuk menghemat budget kewongan kemarin. Anggep aja ini sekaligus menjawab pertanyaan temen-temen yang udah nanya ke gue. Gue cuma menulis ulang pengalaman gue berdasarkan pemikiran simple gue tentang prinsip hemat bin irit (bukan pelit) dalam budgeting perkimpoian. Hopefully helpful! ^_^

1. Se-galaksi bima sakti juga tahu, kalau pengen hemat ya adain resepsi sederhana aja di rumah. 
Yup! Itu bisa memangkas biaya sewa gedung, dekorasi, transportasi, charge vendor, dan printilan lainnya. Terbukti, setelah hitung-hitungan bareng nyokap, budget resepsi gue bisa mencapai 2x lipat kalau di gedung. Buat gue, itu duit yang gede banget. Bisa buat DP rumah, kebeli motor baru, dan biaya beranak. Tapi kalau rumah elo nggak memungkinkan, cari alternatif gedung yang murah atau resto juga bisa. Tapi jangan langsung tergiur harga sewa murah. Tanya lagi detail harga di luar biaya sewa. Justru biasanya yang bikin bengkak anggaran itu ya karena ada charge tambahan lagi di sana-sini dari pihak gedungnya.

2. Semakin banyak tamu yang diundang, semakin langsing dompet elo! :D
Makanya, pastiin bener-bener list undangan elo. Soalnya ini berkorelasi sama porsi catering yang dipesen, undangan yang dicetak, souvenir, dan seterusnya. Pengalaman gue, jumlah tamu yang bakal diundang kudu didiskusiin bener-bener dulu sama ortu. Kalau udah ada dealing sekian orang, bisa memudahkan budgeting printilan lainnya. Yang pasti, make sure apakah mengundang sekian orang dan menghabiskan sekian rupiah untuk jamuan mereka itu sesuai kemampuan finansial elo atau nggak? Kalau nggak, ya jangan dipaksain! Undang orang-orang terdekat aja yang elo kenal, kayak keluarga, para sahabat, dan tetangga kiri-kanan.

3. Makanan memonopoli 50% (bahkan lebih) dari total anggaran.
Makanan adalah hal yang paling krusial dari sebuah pesta. Faktanya, tamu yang datang ke resepsi pasti mengincar makanan yang ada di pesta itu. Bahan gosip hits emak-emak sekompleks dari sebuah resepsi pernikahan mayoritas disebabkan karena makanan yang disajikan, bukan karena dekorasi atau printilan lainnya. Kalau nggak mau repot, elo bisa pesen catering. Nggak mesti catering terkenal nan mehong, yang penting elo yakin catering itu punya jaminan kualitas dan cita rasa masakannya jempolan. Kalau mau lebih hemat, minta bantuan keluarga atau tetangga elo yang pinter masak. Selain rasa, jumlahnya juga harus mencukupi. Perhitungan porsi buffet yang elo sajikan kudu jumlah tamu dikali 2, dengan asumsi tamu yang diundang biasanya mengajak orang lain untuk menemaninya. Perhitungan ini mutlak kalau elo nggak mau malu di hajatan elo sendiri karena kekurangan makanan. Terbukti, dengan perhitungan macam gini, para tamu yang dateng ke resepsi gue (yang ternyata lebih rame dari yang diperkirakan), semua kebagian makanan sampe acara kelar. Makanannya malah sisa banyak jadi besoknya masih bisa berbagi rezeki lagi ke para tetangga. Alhamdulillah, ya! :D

4. JANGAN boros cuma buat undangan dan souvenir!
Sengaja banget gue capslock "JANGAN" yang artinya ya beneran jangan, nek! Banyak capeng menganggap kesan pertama dari sebuah pernikahan dilihat dari seberapa bagus atau mewahnya undangan. Lemme say this: sebagus atau semewah apapun undangan elo, ujungnya bakal berakhir di kotak sampah! Nah, suck it! Undangan tuh yang penting siapa yang punya hajat, lokasi, dan waktunya terpampang jelas. Souvenir juga gitu. Pilihlah souvenir yang memiliki manfaat, bukan souvenir yang mehong tapi cuma bakal jadi pajangan doang. Buang-buang duit itu namanya. Kalau elo kreatif dan pengen lebih hemat, undangan dan souvenir bisa elo bikin sendiri. Kalau gue, dengan memilih undangan dan souvenir ber-range harga 2.000-an perak aja, pastinya kocek yang elo keluarin buat DP motor matic yang murah lebih gede dibanding kocek yang gue keluarin buat order 600 pcs undangan dan 650 pcs souvenir kewongan gue kemarin. Biaya itu udah termasuk ongkirnya dari Jogja ke Bandar Lampung. Meski murce meriong, nyaris semua tamu yang dapet undangannya bilang kalau undangan gue unik. Nggak sedikit juga dari mereka yang terinspirasi pengen order undangan sejenis. Tuh, yang keren nggak mesti mehong, kan? ;-)

5. Pilih dekorasi minimalis dan hindari menggunakan bunga segar.
Atas nama pengiritan, dekorlah resepsi elo seminimalis mungkin tapi tetep cantik. Nggak perlu pake bunga segar sebagai dekorasi. Sejauh pengamatan gue tiap dateng ke resepsi orang, dekorasi full bunga segar adalah pemborosan paling nyata dari sebuah pesta pernikahan. Karena selain harganya yang mahal, bunga segar ujungnya cuma bakal jadi sampah selesai acara. Solusinya, elo bisa mempercantik dekor dengan bunga imitasi, diganti pake hiasan balon, atau barang-barang daur ulang juga nggak kalah seru. Gue memilih alternatif pertama untuk dekorasi resepsi gue dan terbukti tetep manis. Percaya deh, tamu nggak bakal terlalu ngeh sama dekorasi elo. Mending duit dekornya elo alokasikan ke makanan. Soalnya seheboh atau seminim apapun dekorasi pesta, nyatanya tamu PASTI lebih peduli sama makanannya! :D

6. Baju pengantin terbaik adalah yang disewa BUKAN dijahit.
Ini kalau elo mikirnya hemat total. Dan gue setuju. Banyak gue denger cerita penyesalan manten gara-gara waktu merit lebih milih menjahit sendiri bajunya dibanding menyewa cuma demi kesempurnaan penampilan yang semu. Bahkan ada yang sampe pake jasa designer dan bajunya kudu full payet atau dihiasi segala macem batuan, mulai batu swarovski sampe batu kali. Hihi. Padahal ya pemirsa, tuh baju cuma bakal dipake sekali seumur hidup, itu pun cuma beberapa jam. Gue berani taruhan, selesai acara bajunya cuma nangkring doang menuh-menuhin lemari. Gue bisa ngomong gini karena denger curhatan temen gue sendiri. Sekian jeti dia hamburkan cuma demi menjahit seonggok gaun impian yang nggak ada gunanya sekarang. Dia sadar mestinya saat itu dia bisa lebih wise untuk menyewa aja baju pengantinnya. Biayanya jauh lebih murah dan nggak berakhir pada pemborosan bin mubazir.

7. Nggak perlu upacara adat yang kelewat lengkap.
Sangat disarankan buat elo yang emang punya dana super mepet, nih! Seringkali ketika mengadakan pernikahan anaknya, orang tua pengen pake upacara adat lengkap. Sebenernya nggak ada salahnya sih ikutin maunya ortu. Itung-itung pelestarian budaya juga. Masalahnya adalah hari gini upacara adat lengkap biasanya butuh biaya lumayan gede. Salah satu penyebab penggelembungan dahsyat anggaran merit karena upacara adat ini. Gue memilih nggak pake Siraman dan Midodareni karena alasan itu juga. Tapi demi membahagiakan ortu plus keinginan pribadi yang emang nggak mau identitas suku bangsa gue hilang, gue tetep mencomot sebagian kecil aja upacara adat Jogja di kewongan gue, yaitu Panggih dan Bubak Kawah. Gue juga mutusin memakai Paes Ageng biar identitas gue sebagai orang Jogja tetep kental. Menurut gue ini win-win solution untuk menengahi keinginan kita dan ortu, dan pastinya juga nggak keluar terlalu banyak budget.

8. Rajin survei vendor murah dan berkualitas.
Elo kudu rajin--kalau perlu lebih rajin dari anak SD yang belajar buat ulangan--untuk survei dan tanya sana-sini demi mendapatkan vendor berkualitas tapi damai di kantong. Surveilah mulai dari vendor abal-abal sampe vendor kalangan jetset (kalau yang ini harganya pasti ngajak berantem, tapi sekedar iseng cari referensi bolehlah! :p). Jangan dulu tergiur tawaran paket murah dari suatu vendor. Elo kudu perhatiin kualitas, jam terbang, portofolio, dan banding harga masing-masing vendor. Kalau perlu saat elo udah dapetin harga termurah, elo minta diskon lagi! Pasang muka tembok aja. Kan demi ngirit! *plak*. Kalau udah klik dan deal harga, pastiin setelahnya elo DP tanggal biar nggak keduluan sama yang lain. Pasalnya vendor tipe murce bin berkualitas sesungguhnya adalah vendor inceran sejuta umat! Nyahahaha!

9. Tentukan skala prioritas!
Terakhir dan ini yang menurut gue paling penting, elo kudu bikin skala prioritas! Demi mewujudkan pesta pernikahan spektakuler sepanjang abad, banyak capeng yang akhirnya terbuai pada keinginan dan kesenangan semata, bukan pada kebutuhan mereka yang sesungguhnya. Nggak heran kalau akhirnya tabungan mereka jadi terkuras sampe kering kerontang. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya elo bikin list detail apa aja yang penting dalam pernikahan elo. Tendang jauh-jauh ke Neptunus segala hal yang nggak mesti ada. Misalnya aja dekorasi yang heboh bin mewah dan mencetak banyak-banyak foto prewed dengan frame segede gaban. Itu semua buat apaan? Mau bikin pameran tah? Pajangan doang, kan? Udah deh, batasi pengeluaran untuk hal-hal nggak penting kayak gitu!

Yak, akhirnya sampe di sinilah ocehan gue tentang segala hal menyangkut penghematan budget perkewongan. Sekali lagi, semua ini versi gue. Mungkin banyak capeng laen punya trik berbeda. Kalau ada yang mau nambahin, monggo tulis di komen. Kalau ada yang merasa cukup dengan yang gue posting ini dan pengen segera dipraktekkan, ya monggo juga! Happy wedding aja deh dari gue! :D

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com

Full Edited by lovelyshironeko.blogspot.com